Untuk memenuhi selera makan yang meningkat, ibu hamil seringkali memilih junk food. Namun, hal ini tidak disarankan karena dapat membahayakan perkembangan janin. Ibu hamil terkadang mengalami keinginan yang berbeda untuk makanan karena perubahan hormon yang terjadi. Kondisi ini disebut “ngidam”, dan ibu hamil sering menginginkan junk food.
Makanan cepat saji, juga dikenal sebagai junk food, dikenal dengan rasa dan aromanya yang menarik. Meskipun demikian, ada alasan mengapa makanan-makanan ini dianggap junk atau “sampah” dan dianggap tidak boleh dikonsumsi, termasuk saat seseorang sedang hamil.
Kenapa Junk Food Tidak Baik Bagi Ibu Hamil
Ibu hamil mungkin mengalami masalah kesehatan karena mengonsumsi makanan berbahaya. Beberapa alasannya adalah:
- Meningkatkan kemungkinan reaksi alergi
Junk food banyak mengandung karbohidrat dan gula. Studi menunjukkan bahwa wanita yang terlalu banyak mengonsumsi gula selama kehamilan lebih berisiko melahirkan bayi dengan alergi atau asma. - Meningkatkan kemungkinan kecanduan
Studi menunjukkan bahwa ibu yang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula, seperti junk food, dapat “memprogram” anaknya untuk menjadi ketagihan makanan. Pernyataan di atas juga didukung oleh penelitian lain. Dalam penelitian tambahan, ditemukan bahwa konsumsi makanan tinggi lemak selama hamil dapat meningkatkan risiko terkena kecanduan jenis makanan yang sama pada bayi yang dilahirkan. Meskipun ada kebutuhan untuk penelitian tambahan, ini harus menjadi catatan bagi ibu hamil. - Tidak memberikan nutrisi yang diperlukan
Makanan cepat saji biasanya kurang nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan, termasuk pembentukan organ-organ penting dan sistem kekebalan tubuh. Kekurangan nutrisi yang berkelanjutan meningkatkan risiko ketidaksempurnaan tumbuh kembang bayi. - Meningkatkan kemungkinan cacat lahir
Junk food tidak hanya mengandung banyak karbohidrat dan gula, tetapi juga banyak lemak. Sebuah penelitian pada hewan menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan berlemak selama kehamilan meningkatkan kemungkinan melahirkan anak yang memiliki cacat bawaan. Namun, penelitian yang dilakukan pada manusia belum membuktikan pendapat ini. - Risiko obesitas
Penelitian lain menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang lahir dari ibu yang terbiasa mengonsumsi makanan berlemak sejak hamil memiliki berat badan berlebihan. Ini juga meningkatkan risiko mereka mengalami obesitas di masa kanak-kanak dan dewasa.
Untuk memenuhi selera makan yang meningkat, ibu hamil seringkali memilih junk food. Namun, hal ini tidak disarankan karena dapat membahayakan perkembangan janin. Ibu hamil terkadang mengalami keinginan yang berbeda untuk makanan karena perubahan hormon yang terjadi. Kondisi ini disebut “ngidam”, dan ibu hamil sering menginginkan junk food.
Makanan cepat saji, juga dikenal sebagai junk food, dikenal dengan rasa dan aromanya yang menarik. Meskipun demikian, ada alasan mengapa makanan-makanan ini dianggap junk atau “sampah” dan dianggap tidak boleh dikonsumsi, termasuk saat seseorang sedang hamil.
Kenapa Junk Food Tidak Baik Bagi Ibu Hamil
Ibu hamil mungkin mengalami masalah kesehatan karena mengonsumsi makanan berbahaya. Beberapa alasannya adalah:
- Meningkatkan kemungkinan reaksi alergi
Junk food banyak mengandung karbohidrat dan gula. Studi menunjukkan bahwa wanita yang terlalu banyak mengonsumsi gula selama kehamilan lebih berisiko melahirkan bayi berat lahir besar (makrosomia) dan juga ada kenderungan alergi atau asma.
- Meningkatkan kemungkinan kecanduan
Studi menunjukkan bahwa ibu yang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak dan gula, seperti junk food, dapat “memprogram” anaknya untuk menjadi ketagihan makanan. Pernyataan di atas juga didukung oleh penelitian lain. Dalam penelitian tambahan, ditemukan bahwa konsumsi makanan tinggi lemak selama hamil dapat meningkatkan risiko terkena kecanduan jenis makanan yang sama pada bayi yang dilahirkan. Meskipun ada kebutuhan untuk penelitian tambahan, ini harus menjadi catatan bagi ibu hamil.
- Tidak memberikan nutrisi yang diperlukan
Makanan cepat saji biasanya kurang nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan, termasuk pembentukan organ-organ penting dan sistem kekebalan tubuh. Kekurangan nutrisi yang berkelanjutan meningkatkan risiko ketidaksempurnaan tumbuh kembang bayi.
- Meningkatkan kemungkinan cacat lahir
Junk food tidak hanya mengandung banyak karbohidrat dan gula, tetapi juga banyak lemak. Sebuah penelitian pada hewan menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan berlemak selama kehamilan meningkatkan kemungkinan melahirkan anak yang memiliki cacat bawaan. Namun, penelitian yang dilakukan pada manusia belum membuktikan pendapat ini.
- Risiko obesitas
Penelitian lain menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang lahir dari ibu yang terbiasa mengonsumsi makanan berlemak sejak hamil memiliki berat badan berlebihan. Ini juga meningkatkan risiko mereka mengalami obesitas di masa kanak-kanak dan dewasa.